
Beberapa mempertanyakan apakah kemajuan teknologi yang dihasilkan oleh Research & Development (R&D) akan mengganggu kesejahteraan mansuia. Akan banyak Sumber Daya Manusia (SDM) yang harus digusur oleh teknologi, seperti 10 petani yang masih mencangkul sepetak sawah dengan tenaganya akan digantikan oleh mesin pembajak sawah yang dioperasikan satu petani saja dalam jangak waktu yang lebih pendek. Beberapa mempertanyakan esensi kemajuan teknologi yang diciptakan untuk menyejahterahkan manusia, bukan menghantarkan manusia menuju kelaparan.
Infinite Survival
Di peradaban awal manusia, individu di alam liar menggunakan segala cara untuk bertahan hidup. Tujuan ultimatnya adalah bertahan hidup selama mungkin, bukan kenikmatan dan kebahagiaan. Mereka bertahan hidup dengan menghindari bahaya alam liar dan mencari sumber daya alam (SDA). Tubuh individu membutuhkan energi yang didapatkan dari pangan. Semua berawal dari berburu di hutan (hunter-gahterer society) yang dilanjutkan dengan bercocok tanam di ladang (agricultural society) untuk memenuhi semua kebutuhan mereka (termasuk sandang dan papan). Jadi infinite survival adalah tujuan utama manusia.
Karena banyak permasalahan yang datang dengan gaya hidup individualis, beberapa manusia berkumpul untuk mengefisiensikan pengalokasian sumber dayanya. Ada dua hal yang mendukung efisiensi dalam peradaban: spesialisasi, yang menghasilkan kemajuan teknologi.
Spesialisasi Dalam Profesi Menghasilkan Efisiensi
Di masa hunter-gatherer society, beberapa membentuk grup dan membagi tugas untuk efisiensi pekerjaan. Dikarenakan banyak inefisiensi karena kurangnya pengalaman (mati karena tidak makan jamur beracun atau diterkam binatang buas), maka beberapa yang fisiknya kuat dikondisikan sebagai hunter di hutan dan beberapa yang mendalami pengetahuan tanaman dikondisikan sebagai gatherer. Dengan demikian, efisiensi dapat tercapai karena hunter dan gatherer dapat membawa pulang hasil yang lebih besar dengan resiko yang lebih kecil.
Kemajuan Teknologi Menghasilkan Efisiensi
Di masa agricultural society, kemajuan teknologi, seperti roda dan dongkrak, membantu peradaban manusia untuk efisiensi pembangunan. Menyusun batu bongkahan raksasa membutuhkan tenaga 50 orang. Jika mereka menggunakan roda dan dongkrak, mungkin mereka hanya membutuhkan tenaga dan koordinasi 10 orang saja. Alhasil, 40 orang bisa bersantai. Teknologi digunakan untuk mempermudah pekerjaan dengan input tenaga kecil yang menghasilkan output pekerjaan besar.
Peradaban Modern
Perlu diakui bahwa kita sudah lupa dengan pola dasar peradaban kita; kebutuhan konsumsi pangan yang paling dasar hanya membutuhkan ladang dan ternak. Karena spesialisasi dan kemajuan teknologi, lahirlah profesi petani, pengepul, produsen, dan pedagang beras. Semua orang tidak bisa menanam, memanen, menyimpan padi/beras sendiri karena profesi individu yang spesialis dan kebutuhan konsumerisme non-esensial. Seiring bertambahnya maju peradaban, supply chain yang semakin panjang membuat kita cenderung lupa the infinite surival as ultimate purpose.
Jika dilihat gambaran besarnya, kita sudah lupa dengan apa yang kita dambakan: teknologi bekerja, manusia bersantai. Yang diperlukan manusia untuk bertahan hidup seharusnya adalah bekerja seminim mungkin. Ini terdengar aneh dan tidak realistis tetapi kita pasti sepakat jika membayangkan awal kolonisasi. Kita sekolompok manusia mendarat dan membuat peradaban baru di Mars. Pastilah tujuan kita bukanlah mengumpulkan harta sebanyak mungkin dan memanjat tangga karir dan kelas sosial secepat mungkin. Sebagai koloni pertama, kita akan berusaha mengeluarkan energinya seminimal mungkin, makan secukupnya, dan memprioritaskan tenaganya untuk mengekplorasi SDA baru. Jadi, apa yang ingin kita capai sebenarnya? Bukan harta, tetapi efisiensi.

SDM yang tergusur karena efek samping kemajuan teknologi adalah akibat kegagalan sistem ekonomi dimana semua orang dituntut bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri. Ini akan membawa ke pertanyaan yang paling mengguncangkan: sejak kapan dan siapa yang menuntut kita bekerja mencari uang untuk menghidupi diri kita sendiri? Di Mars, kita dituntut berkontribusi dengan tujuan survival, bukan bekerja untuk kepentingan sendiri. Membayangkan kolonisasi Mars, akan sangat mudah bagi kita untuk mengesampingkan kepentingan pribadi kita. Sistem yang kompleks mengaburkan mata kita, membuat kita memusuhi teknologi, alih-alih sistem ekonomi.
"Sejak kapan dan siapa yang menuntut kita bekerja mencari uang untuk menghidupi diri kita sendiri?"
Konklusi
Semangat efisiensi harus dipertahankan di setiap zaman peradaban karena efisiensi sudah kita dambakan sejak zaman purba. Perlu diingat juga, ultimate goal manusia adalah infinte survival dengan cara mengekstraksi SDA seefisien mungkin. Kerap kita terobsesi dengan bekerja mencapai kesuksesan materil yang menggantikan ultimate goal kita sebenarnya karena kecacatan sistem ekonomi. Maka dari itu, jangan lengah! Kemajuan teknologi yang mengusahakan efisiensi adalah bidang esensial yang diprioritaskan dan tidak seharusnya diintervensi sama sekali.
Sampai di tahap ini, beberapa (terutama politisi dan aktivis) masih saja bersikeras mempertanyakan lantas bagaimana nasib mereka yang tergusur. Jawaban terpampang jelas saat kita membayangkan proses kolonisasi Mars. Konteks scarcity of resources memperjelas pandangan kita dengan mempertimbangkan beberapa isu yang akan dibahas di artikel selanjuntya: pure meritocracy, kontribusi individu dalam masyarakat, dan hak manusia untuk berkembang biak.
Read , Listen, & Watch:
Book: Sapiens Trilogy - Yuval Noah Harari
Book: Humankind: A Hopeful Story
Youtube: Elon Musk's Interview
Movie: Wall-E (2008)
References:
THE IDEOLOGY OF THE GOAL OF INFINITE SURVIVAL - Chadd A. Everone, Im., Ph.D.
Comments