top of page

3 Hal Yang Salah Tanpa Disadari Di Keseharian Kita Sebagai Pekerja

Writer's picture: Aldridge TjiptarahardjaAldridge Tjiptarahardja


Beberapa krisis dunia eksis bukan akibat dari kenakalan oknum semalam, melainkan keseharian remeh-temeh kita. Krisis terjadi karena kelangkaan sumber daya (scarcity). Scarcity hadir karena sumber daya yang tidak terekstraksi secara maksimal atau penggunaan yang tidak efisien. Tulisan ini akan memberi gambaran sekilas kecacatan masyarakat dalam menggunakan sumber daya alam maupun manusia dalam kehidupan sehari-hari.


1. Makan Pagi, Siang, dan Malam yang Berbeda

Hari ini adalah hari di mana kultur konsumerisme dan kemajuan teknologi berdiri di puncak peradaban manusia. Ironisnya, mereka juga menimbulkan ketidakefisiensian. Banyak mengalami kesusahan untuk menyantap hidangan yang sama tiga kali dalam sehari. Selera makan kita semakin dinamis dipicu oleh iklan dari media yang beragam dan variasi produk makanan yang tak kunjung habis. Teringat, seorang ibu melantunkan lagu khas Indonmie dengan lirik: "Senin, Selasa, Rabu dan Jumat~ " "Kamisnya mana!?", sembari membuka rak pantry berlabelkan Senin sampai Minggu yang berisi produk dengan rasa yang berbeda. Sekalipun mengambil dalam konteks harian, iklan ini mempropagandakan kejenuhan dalam satu rasa. In other words, bagi kamu yang mengonsumsi makanan yang sama terus menurus, your life sucks. Kemanjaan kita yang menuntut variasi sepanjang hari jelas menimbulkan ketidakefisiensian. Satu rumah tangga cukup memasak sekali di pagi hari. Suasana diperkeruh dengan kehadiran pihak ketiga: resto dan ojol.



2. Membeli Makanan dari Ojol Daripada Mempersiapkan Bekal

Dalam rumah tangga, makanan dapat dimasak sendiri oleh salah satu anggota. Seorang ibu rumah tangga pernah mengajarkan saya bahwa usaha yang dikeluarkan untuk memasak porsi keluarga untuk sehari tidak terpaut jauh dengan yang dikeluarkan untuk membuat porsi individu. Di sinilah letak inefisiensi. Dengan kamu memesan makan siangmu dari aplikasi ojol, banyak pihak direpotkan hanya untuk memuaskan hawa nafsumu yang membeludak. Beberapa pekerja restoran dan abang ojol disibukkan membuat pesananmu yang seharusnya bisa digantikan oleh bekal yang disiapkan oleh satu anggta keluargamu. Ini belum ditambah dengan pertimbangkan faktor polusi akibat pengiriman pesananmu.



Poin pertama dan kedua saling berhubungan dan dapat disangkal dengan argumentasi konsumsi sebagai penggerak roda ekonomi. Mungkin kamu merasa konsumsimu bisa menghidupi banyak orang. Kamu menyangkal diri dengan dalih sebagai konsumen yang menggerakan roda ekonomi. Memutar sih memutar, tapi apakah kamu mengayuh di aspek yang esensial? Inilah salah satu contoh yang jelas menggambarkan inefisiensi kapitalisme di free market dalam kontribusi perkembangan peradaban . Banyak yang bekerja keras, sedikit yang berkontribusi.


Kedua poin ini yang juga menunjukkan hedonisme di zaman modern seringkali disangkal dengan argumentasi keberagaman konsumsi gizi. Memang, menurut Yuval Noah Harari, keberagaman gizi memegang peranan penting dalam umur panjang. Tetapi, variasi selera di jam makan yang berbeda tidak sepenuhnya menunjang keberagaman gizi. Seseorang dapat mengonsumsi beragam dengan hanya mempersiapkan bekalnya secara efisien, sekali dalam sehari. Sebaliknya, seseorang bisa juga mengonsumsi gizi yang serupa dengan memesan ayam geprek sepanjang hari dengan saos atau dari tempat yang berbeda. Perlu diperhatikan, keberagaman gizi bukan menjadi alasan selera kita yang sudah susah diatur dan condong mengikuti mood.


3. Berangkat ke Tempat Kerja Lebih dari 15 Menit

Sepintas, tidak terdengar salah. Lalu lintas sudah sepantasnya padat saat jam masuk kantor. Sekalipun terdengar receh, perjalanan ke kantor yang menyita waktu adalah salah satu bentuk pembuangan masal sumber daya alam dan manusia. Masalah diperjelas dengan pertanyaan yang krusial: jika perjalanan menyita waktu pekerja selama 30 menit, akankah ekonomi negara dirugikan selama 30 menit saja?


Pertanyaan dapat dijawab dengan ilustrasi kerja kelompok dalam kompetisi mading (majalah dinding). Supposedly, kelompok terdiri dari content writer, fotografer, kliping, dan dekorasi. Timetable sudah ditetapkan secara padat, content writer menentukan tema di hari pertama, fotografer mencari gambar di hari kedua, kliping di hari ketiga, dan dekor di hari keempat. Jika content writer telat satu jam di hari pertama, apakah submisi akan hanya telat satu jam? Secara teori, satu jam saja. Kenyataan membuktikan pekerjaan yang seharusnya selesai di hari keempat akan selesai di hari kelima karena keterbatasan durasi jam kerja di hari keempat. Kemunduran submisi selama sehari dan pembuangan empat jam SDM di hari pertama disebabkan oleh ketelatan dalam pekerjaan yang saling berinteraksi bagaikan rantai.



Permasalahan diperparah dengan melibatkan emotional cost. Tingkat stress masyarakat berhubungan langsung dengan lalu lintas padat yang meresahkan. Di Jepang, emotional cost seorang pelajar dalam perjalanannya ke sekolah sangat diperhatikan. Kebijakan mengatur seorang anak hanya boleh bersekolah di jarak radius tertentu dari rumahnya. Selain menghindari padatnya lalu lintas, ini ditujukan untuk menghindari bullying selama perjalanan.


Untuk meningkatkan kesejahteraan bersama, dibutuhkan kesadaran akan hal-hal yang esensial. Sebisa mungkin, makanlah secukupnya dan seadanya. Sebisa mungkin, tinggalah dekat tempat kerjamu. Utopia bukanlah angan-angan belaka yang mustahil nan delusional, melainkan pembenahan kecil dari masalah receh yang rasional. Keterpurukan korban korupsi akan sangat mudah diinspeksi, tetapi kemanjaan kecil dan keserakahan tipis yang mengakibatkan kelangkaan sumber daya seringkali luput terditeksi.


Jika sang propagandist Nazi yang melegenda pada zamannya, Joseph Goebbels, mengatakan, "Faith moves mountain, but only knowledge moves them to the right place.", esensialisme mengajarkan: labour and capital move economy, but only essentialist moves them to the right direction.

64 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Post: Blog2_Post

Subscribe Form

Thanks for submitting!

  • Instagram

©2021 by The Essentialism. Proudly created with Wix.com

bottom of page